Dendang Sepotong Bulan Karya : Kinanthi Anggraini melingkari tembang langit yang membiru menjadi cuaca yang pecah saat purnama mengkrista,membuka senyumu dan gerhana permata menghujani bumi dengan intan-mutiara dimatamu kerinduan yang menebal di negeri bulan tempat singgasana cuaca yang teragungkan telah menanti manusia hujan berpayung biru,memegang lentera awan kami menjahit buah hati di lembah kuning gading lembah yang mngedepankan madu lebah kuning di pinggir sungai susu bercampur aroma pandan yang tumbuh gula pasir di setiap tepian disanalah bunga tersenyum pada tumpuan cahaya tempat sungai yang bergegas menemui kekasihnya sementara kabut bergelayut dengan manja memulas dilema,mengirim surat dengan bahasa gemercik air,dalam desau daun yang mengalir mengubah kelopak menjadi derai rambut berhelai emas. bermahkota lipatan kuntum bunga menjuntai sebatas dada dan pinggul yang mengundang kupu-kupu yang siap terbang mengitari jelmaan laurel, beraroma surga seg
Aku tak akan merubah jika tanpa ada alasan Semua yang kulalui akan menjadi sebuah dilema Tak pernah kusangka jika akan datang kembali Serumpun padi yang diikat akan menjadi sebuah filosofi Berawal dari sebuah kejayaan yang hanya akan menyiksa Menyiksa batin seorang penyair yang tiggal sebatang kara Mungkin kau menganggap bahwa semuanya mudah Tak semudah yang kau pikirkan Jika semua akan menjadi sebuah kehampaan Yang menyiksa batin ini sampai akhir menutup mata Tak kusangka dia datang saat semuanya tanpa ada perlu Kenyataan yang mungkin hanya akan membuat semuanya menjadi malam gelap Kerakusan yang selama ini terlihat Ternyata hanyalah sebuah seenggok permainan yang menyakitkan Sebuah dilema jika kau menyadarinya Tak akan ada gunanya jika kau mengelak Tanpa sebab dan tujuan yang berlaku Aku sadar bahwa semuanya berawal dari diri sendiri Sejak mentari terbenam tak ubahnya Sebuah petaka yang akan menjadi sebuah petaka